PANGANNEWS.COM – Stunting masih menjadi salah satu isu prioritas pemerintah, tak terkecuali bagi Badan Pangan Nasional (Bapanas) sebagai salah satu lembaga yang menangani permasalahan terkait pangan.
Direktur Penganekaragaman Konsumsi Pangan Bapanas, Rinna Syawal menyampaikan hal itu dalam keterangannya di Jakarta, pada Jumat (26/7/2024).
“Bekerja sama dengan berbagai Kementerian/Lembaga seperti Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta berbagai stakeholder pangan lainnya.”
ADVERTISEMENT
Baca Juga:
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri Ulang Tahun, Prabowo Subianto Kiirimkan Karangan Bunga
Wamentan Sudaryono Pastikan Bendungan Sidoras Dibangun Tahun Ini, Tingkatkan Produktivitas Pertanian
Sambut Panen Raya, Penyerapan Bulog Tentukan Keberhasilan Program Pemerintah ke Masyarakat
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Bapanas dalam hal ini diwakili Direktorat Penganekaragaman Konsumsi Pangan turut mendukung upaya percepatan penurunan stunting”.
“Melalui sosialisasi dan edukasi pola konsumsi pangan Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA).” tutur Rinna Syawal.
Seperti halnya yang dilakukan hari ini di komplek Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Baca Juga:
Mentan Andi Amran Sulaiman Apresiasi Inovasi Benih Jagung Kapolda Jatim dengan Produktivitas Tinggi
Wamentan Sudaryono Minta Kepala Daerah Siapkan Anggaran Vaksin PMK untuk Lindungi Sapi Ternak
Pemahaman pola makan B2SA disertai pemberian jus buah diberikan kepada 600 pelajar dari 13 sekolah se-Jakarta pada semua jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP, hingga SMA/SMK.
Melalui pendekatan yang interaktif, para pelajar diajak untuk menanamkan dan menerapkan kebiasaan pola makan sehari-hari yang baik dan benar sejak dini.
“Sudah saatnya pola pikir dan kebiasaan makan kita diubah. Bukan hanya yang penting kenyang, tapi juga harus bergizi seimbang.”
“Diharapkan dengan adanya pemberian pemahaman yang tepat sejak dini seperti ini bisa memutus mata rantai risiko stunting pada generasi penerus selanjutnya.”
Baca Juga:
Proyeksi Produksi Beras Meningkat, Pemerintah Matangkan Strategi Penyerapan Gabah dan Beras
“Sehingga mereka tumbuh menjadi generasi yang sehat, aktif dan produktif.” ujar Rinna.
Lebih jauh Rinna menjelaskan bahwa masa remaja merupakan jendela kesempatan kedua setelah masa anak-anak untuk membentuk kebiasaan masa depan.
Berdasar bahwa masa remaja merupakan periode ketika pertumbuhan dan perkembangan kognitif sedang berada di fase optimal.
“Masalah gizi remaja memiliki implikasi serius bagi kesejahteraan generasi mendatang.”
“Utamanya pada remaja putri, ketika gizi mereka kurang maka prevalensi anemianya jauh lebih tinggi. Data menunjukkan 25% dari mereka mengalami anemia.”
“Padahal ini erat kaitannya dengan kehamilan dan kelangsungan hidup ibu-anak.”
“Kita tidak ingin ada lagi bayi terlahir stunting dan tumbuh jadi remaja mungil, karena ibunya kekurangan zat besi dan zat gizi mikro penting.” tegasnya.
Pada kesempatan yang sama, Rinna juga mendorong pengoptimalan keberagaman konsumsi pangan.
Ia mengungkapkan hanya 1/4 dari total remaja Indonesia mengonsumsi sayuran dan makanan sumber hewani yang cukup.
Rinna mengajak untuk mengurangi makanan cepat saji dan snack tinggi kalori serta lemak.
Menggantinya dengan B2SA dimana dalam 1 piring makanan terdiri dari 1/3 makanan pokok, 1/3 sayuran, 1/6 lauk pauk dan 1/6 buah-buahan.
“Makanan sehat itu tidak harus mahal. Sebenarnya banyak sumber pangan di sekitar kita yang bisa dikreasikan menjadi makanan bergizi dan tidak kalah lezat daripada makanan-makanan yang booming sekarang ini.”
“Kita hanya perlu kreatif untuk membuat sedemikian rupa sehingga anak-anak tertarik untuk mengkonsumsi.” pungkasnya.
Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.
Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi dalam kesempatan lain menegaskan bahwa pihaknya terus menggaungkan kampanye B2SA.
Sebagai salah satu strategi jangka panjang dan berkelanjutan dalam upaya memperkuat ketahanan pangan.
Sebab disadari bahwa pola konsumsi yang tidak B2SA memiliki dampak kurang baik, tidak hanya di sektor pangan.
Tapi juga pada aspek pembangunan sumber daya manusia yang sehat, aktif, dan produktif, serta tentunya akan memengaruhi kualitas generasi di masa depan.***
Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Mediaemiten.com dan Businesstoday.id
Jangan lewatkan juga menyimak berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Jatimraya.com dan Hallokaltim.com
Sedangkan untuk publikasi press release di media ini atau serentak di puluhan media lainnya, klik Rilisbisnis.com (khusus media ekbis) dan Jasasiaranpers.com (media nasional)
WhatsApp Center: 085315557788, 087815557788, 08111157788.
Pastikan download aplikasi portal berita Hallo.id di Playstore (android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik.