PANGANNEWS.COM – Program bantuan pangan (banpang) beras merupakan salah satu kebijakan prorakyat pemerintahan saat ini.
Banpang menjadi tumpuan bantalan ekonomi masyarakat berpendapatan rendah untuk pemenuhan konsumsi hariannya.
Guna memastikan keberlangsungan banpang beras, Presiden Joko Widodo (Jokowi) melaksanakan pengecekan langsung ke masyarakat penerima.
ADVERTISEMENT
Baca Juga:
Sebanyak 68 Kabupaten/Kota Rentan Rawan Pangan dan 8,3 Persen Penduduk Tak Punya Energi Hidup Sehat
Wamentan Sudaryono Ajak Petani untuk Maksimalkan Musim Hujan dengan Lakukan Percepatan Tanam
SCROLL TO RESUME CONTENT
Jokowi didampingi Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi dan Direktur Utama Perum Bulog Wahyu Suparyono
“Ada yang ingin disampaikan keluhannya berasnya? Berasnya (sudah) bagus ya, Alhamdulillah.”
“Nanti kalau ketemu presiden terpilih Pak Prabowo, disampaikan, minta dilanjutkan Pak gitu.”
Baca Juga:
Salurkan Bantuan Pangan di Sumba Barat, Presiden Jokowi: Kita Harapkan Bisa Mengerem Harga Beras
BPS Ungkap Alasan Indonesia pada Periode September 2024 Alami Deflasi Sebesar -0,12 Persen
“Karena saya nanti 20 Oktober sudah purna tugas, sudah pensiun,” sapa Presiden Jokowi.
Presiden Jokowi Nyatakan Lagi Mohon Maaf yang Sebesar-besarnya
“Pada kesempatan yang baik ini, saya adalah manusia yang tidak sempurna, penuh dengan kekurangan, penuh dengan kebodohan, penuh dengan kekhilafan.”
“Pada kesempatan yang baik ini, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, apabila ada kesalahan, kekhilafan, kekurangan dalam saya membuat kebijakan-kebijakan untuk rakyat,” ucapnya.
Jokowi menyampaikan saat temui masyarakat di Gudang Bulog Tanah Grogot, Paser, Kalimantan Timur (Kaltim) pada Kamis (26/9/2024).
Baca Juga:
Presiden Jokowi Tanggapi Rencana Pertemuan Megawati Soekarnoputri dengan Prabowo Subianto
Wamentan Minta Jajaran Kementan Maksimalkan Pelayanan Terhadap Petani dengan Sepenuh Hati
Sekretaris Jenderal DPP Partai Amanat Nasional Kini Dipegang Eko Hendro Purnomo alias Eko Patrio
Sebagai resultan dari penyaluran banpang beras tahap ketiga yang telah terlaksana di Agustus 2024 lalu, terdapat penurunan harga beras di berbagai wilayah Indonesia.
Dalam laporan mingguan Badan Pusat Statistik (BPS), pada minggu pertama Agustus tercatat hanya ada 73 kabupaten/kota yang mengalami penurunan harga beras.
Namun pada minggu pertama September ada kenaikan jumlah kabupaten/kota yang mengalami penurunan harga beras menjadi 90 kabupaten/kota.
Jokowi Tanggapi Asumsi Tingginya Harga Beras dan Minimnya Pendapatan Petani
Presiden Jokowi juga menanggapi terkait adanya asumsi tingginya harga beras dan minimnya pendapatan petani di Indonesia.
“Coba dilihat harga beras FOB (Free on Board) itu berapa, kira-kira 530 sampai 600 dollar ditambah cost.”
“Freight cost kira-kira 40-an dollar. Kalau membandingkan itu mestinya di konsumen, itu akan kelihatan,” ungkapnya.
“Mestinya kalau harga beras baik artinya harga gabah juga baik. Kalau harga gabah baik artinya harga jual petani juga mestinya baik, kalau tidak ada distorsi di lapangan.”
“Di cek saja si lapangan, ditanya saja ke petani, harga gabah berapa. Dulu hanya 4.200 rupiah. Sekarang 6.000 rupiah.”
“Itu gabah, bukan beras, dari situ saja kelihatan. NTP-nya coba dicek di lapangan,” tandasnya.
Lebih lanjut, NTP atau Nilai Tukar Petani telah tercapai terus naik dari tahun ke tahun.
Pada 2019, NTP tahunan berada di angka 100,90. Kemudian 2020, NTP tahunan menjadi 101,65. Tahun 2021 terus naik menjadi 104,64.
Selanjutnya tahun 2022 di 107,33 dan terakhir NTP secara tahunan di 2023 berada di 112,46. Selama kurun waktu 4 tahun, NTP telah meningkat hingga 11,45 persen.
Banpang Dukung Upaya Pemerintah Jaga Kesejahteraan Petani dalam Negeri
Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi menambahkan bahwa melalui banpang beras juga ikut mendukung upaya pemerintah dalam menjaga kesejahteraan petani dalam negeri.
Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.
Ini dikarenakan Bulog ditugaskan untuk melakukan penyerapan beras yang berasal dari hasil petani lokal. Sejak 2022, realisasi penyerapan beras dalam negeri oleh Bulog terus meningkat.
“Pemerintah selama ini konsisten menjaga kesejahteraan petani dalam negeri. Badan Pangan Nasional bersama Bulog membantu penyerapan produksi beras hasil petani kita.”
“Yang kemudian kita salurkan ke berbagai program intervensi, termasuk bantuan pangan beras seperti hari ini,” terang Arief.
“Realisasi penyerapan beras dalam negeri Bulog pun kian meningkat. Grafiknya itu di 2022 capai 994 ribu ton. Lalu 2023 berhasil sampai 1 juta ton.”
“Nah di tahun ini sampai minggu ketiga September sudah 908 ribu ton, sehingga kita bisa optimis di akhir 2024 nanti, penyerapan Bulog bisa terus meningkat,” tandasnya.
Atas upaya pemerintah yang senantiasa memperhatikan kepentingan petani tersebut, memberi dampak eskalasi terhadap pendapatan petani.
Rerata Pendapatan Usaha Pertanian Perorangan Mengalami Peningkatan
Rata-rata pendapatan usaha pertanian perorangan di Indonesia adalah Rp 66,82 juta per tahun.
Sebagaimana dikutip publikasi terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) ‘Hasil Pencacahan Lengkap Sensus Pertanian 2023 Tahap II’
Sementara jika menurut Survei Pertanian Terintegrasi (SITASI) tahun 2021, rata-rata unit usaha pertanian perorangan memperoleh pendapatan sebesar Rp 15,41 juta dalam setahun.
Dengan itu dapat diartikan rerata pendapatan usaha pertanian perorangan telah mengalami peningkatan sampai lebih dari 4 kali lipat.
BPS turut melaporkan bahwa dari seluruh usaha pertanian di Indonesia pada tahun 2023, sebanyak 68,10 persen termasuk dalam kategori petani skala kecil.
Dari kategori itu, secara nasional di 2023, petani skala kecil di Indonesia disebutkan mampu memperoleh pendapatan sebesar 8,50 US$ PPP (Purchasing Power Parities).
Di mana 1 US$ PPP sama dengan Rp 5.239,05 sehingga menjadi setara dengan Rp 44.507 per hari kerja.
Ekosistem Pangan yang Dibangun dari Hulu sampai Hilir, Berjalan Cukup Baik
Di sisi lain, pada tahun 2023, petani yang tidak termasuk kategori petani skala kecil dilaporkan mampu memperoleh pendapatan sebesar 368,34 US$ PPP atau setara dengan Rp 1.929.764 per hari kerja.
Ini naik signifikan karena pada 2021, menurut hasil SITASI, petani kategori ini kala itu hanya mampu menghasilkan pendapatan sebesar 106,54 US$ PPP atau setara dengan Rp 506.983 per hari kerja.
“Kami di Badan Pangan Nasional bersyukur pendapatan sedulur petani masih terjaga baik dan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.”
“Ini turut menandakan ekosistem pangan yang dibangun mulai dari hulu sampai hilir, berjalan cukup baik.”
“Kita meyakini apabila semangat produktivitas petani terus menggebu, tentu ketercukupan kebutuhan konsumsi pangan dari pasokan domestik mampu terwujud.”
“Sehingga kemandirian pangan nasional pun kian kokoh,” pungkas Kepala NFA Arief Prasetyo Adi.***
Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Bisnisidn.com dan Mediaemiten.com
Jangan lewatkan juga menyimak berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Apakabarnews.com dan Cantik24jam.com
Sedangkan untuk publikasi press release serentak di puluhan media lainnya, klik Rilisbisnis.com (khusus media ekbis) dan Jasasiaranpers.com (media nasional)
Atau hubungi langsung WhatsApp Center Rilispers.com (Pusat Siaran Pers Indonesia /PSPI): 085315557788, 087815557788, 08111157788.
Klik Persrilis.com untuk menerbitkan press release di portal berita ini, atau pun secara serentak di puluhan, ratusan, bahkan 1.000+ jaringan media online.
Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.