JAKARTA – Di tengah isu krisis pangan global, Indonesia justru mencetak sejarah.
Stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) menembus angka 3.701.006 ton—tertinggi sejak Badan Urusan Logistik (Bulog) berdiri pada 1969.
Capaian ini membuka peluang baru: ekspor beras ke Malaysia dan negara lain. Namun, rencana tersebut tak bisa gegabah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kalau ekspor, karena pertimbangannya sudah surplus, sudah cukup.”
“Tapi nanti harus dibicarakan dulu dalam neraca komoditas,” ujar Menteri Perdagangan Budi Santoso saat ditemui di Jakarta, Minggu (18/5/2025).
Pernyataan Mendag mempertegas bahwa langkah ekspor akan tetap berada dalam kerangka kebijakan nasional berbasis data.
Baca Juga:
Bingung Bisnis Crypto? Ini Panduan Beli Bitcoin dan Harganya
Distribusi Jagung Pakan 52.400 Ton Mulai September, Harga Telur Tetap Terjangkau
Menarik Minat Jurnalis Ekonomi Butuh Strategi Undangan yang Tepat
“Kalau beras itu sesuai neraca komoditas, sepanjang sudah ditentukan, kita siap saja,” tegasnya.
Produksi Beras Indonesia Lampaui Thailand dan Vietnam
Keberhasilan ini bukan hanya soal angka. Menurut laporan USDA Rice Outlook edisi April 2025, produksi beras Indonesia musim tanam 2024/2025 diperkirakan mencapai 34,6 juta ton.
Naik 600 ribu ton dari proyeksi sebelumnya, dan melonjak 4,8 persen dibandingkan tahun lalu.
Laporan USDA juga mencatat bahwa Indonesia kini menjadi produsen beras terbesar di Asia Tenggara, melampaui dua raksasa lama: Thailand dan Vietnam.
Baca Juga:
Harga Beras Turun, Petani Tersenyum, Mafia Pangan Kena Sikat
Era Baru Komunikasi Digital Perusahaan Dengan Galeri Foto Pers
Petani Makin Berdaya, Panen Makin Melimpah Berkat Data Cuaca
“Ini bukan hanya soal ketersediaan pangan. Ini pembuktian bahwa dengan arah kebijakan yang tepat, kita bisa mandiri, bahkan berdaulat dalam urusan pangan,” ujar Sudaryono, Wakil Menteri Pertanian.
Ia menambahkan bahwa ekspor beras ke Malaysia bukan sekadar wacana, tetapi sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto
Dari Swasembada ke Ekspor, Tantangan Menanti
Namun, tidak semua pihak menyambut langkah ekspor ini tanpa catatan.
“Yang utama adalah memastikan bahwa cadangan ini bukan hasil dari penurunan konsumsi atau panen sesaat, tetapi tren yang konsisten,” kata Dr. Anna Fitri, peneliti ekonomi pertanian dari IPB.
Neraca komoditas, sebagai alat koordinasi lintas kementerian, akan menjadi instrumen kunci.
Melalui neraca ini, pemerintah memastikan bahwa setiap kebijakan ekspor tidak mengorbankan stabilitas dalam negeri—terutama harga dan ketersediaan di pasar lokal.
Baca Juga:
Menelusuri Strategi Pemerintah Jaga Harga Gabah Dan Beras
Menguak Strategi Sukses Emiten Pertahankan Investor
Syngenta Edukasi Petani lewat Teknologi Plinazolin dan QR Code SETIA
Menghadapi tekanan global, pemerintah juga menjaga keseimbangan antara orientasi ekspor dan perlindungan konsumen domestik.
Sebab, meskipun stok melimpah, harga bisa tetap liar jika distribusi tak terkendali.
Rekor Baru dan Peran Strategis Bulog
CBP yang kini menyentuh 3,7 juta ton—dan diprediksi menembus 4 juta ton—menandai rekor baru dalam sejarah pangan nasional.
Bulog, yang selama ini berperan sebagai buffer stock nasional, kini berada di posisi strategis untuk mengatur pasokan dan harga di pasar.
Menurut data internal Bulog, distribusi CBP tahun ini juga diarahkan untuk mendukung program stabilisasi harga di wilayah-wilayah yang rentan terhadap inflasi pangan, terutama di luar Jawa.
Di sinilah kekuatan kebijakan Presiden Prabowo diuji: memadukan surplus produksi dengan tata kelola distribusi yang efisien dan transparan, tanpa menimbulkan disparitas atau kelangkaan di tingkat lokal.
Menatap Masa Depan: Dari Ketahanan ke Kedaulatan
Melonjaknya produksi dan stok menjadi peluang emas untuk merumuskan ulang peran Indonesia dalam
geopolitik pangan regional. Alih-alih hanya mengejar swasembada, kini saatnya berbicara soal kedaulatan dan pengaruh pasar.
Namun, ekspor bukan tujuan akhir. Pemerintah harus menyiapkan infrastruktur pascapanen, gudang pendingin, serta sistem logistik digital agar tidak hanya produktif di sawah, tetapi juga efisien dari lumbung hingga pelabuhan.
Dalam refleksi akhir, ekspor beras bukan sekadar bisnis, tetapi strategi geopolitik.
Jika dikelola dengan bijak, ini bisa menjadi momen bersejarah: dari negara importir abadi, Indonesia naik kelas menjadi eksportir regional, dengan kekuatan yang tumbuh dari dalam negeri.***
Kami juga melayani Jasa Siaran Pers atau publikasi press release di lebih dari 175an media, silahkan klik Persrilis.com
Sedangkan untuk publikasi press release serentak di media mainstream (media arus utama) atau Tier Pertama, silahkan klik Publikasi Media Mainstream.
Indonesia Media Circle (IMC) juga melayani kebutuhan untuk bulk order publications (ribuan link publikasi press release) untuk manajemen reputasi: kampanye, pemulihan nama baik, atau kepentingan lainnya.
Untuk informasi, dapat menghubungi WhatsApp Center Pusat Siaran Pers Indonesia (PSPI): 085315557788, 087815557788.
Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.
Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Hutannews.com dan Mediaemiten.com
Simak juga berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media On24jam.com dan Kilasnews.com
Informasi nasional dari pers daerah dapat dimonitor langsumg dari portal berita Haijateng.com dan Hariancirebon.com
Dapatkan beragam berita dan informasi terkini dari berbagai portal berita melalui saluran WhatsApp Sapulangit Media Center














